Recent Posts

LightBlog

Monday 30 September 2019

keluarga ideal





BAB 1

PENDAHULUAN


Seperti yang telah kita ketahui keluarga merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari pemimpin (kepala keluarga) dan anggota nya yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
         Didalam keluarga juga memiliki pendidikan nya sendiri dengan memperhatikan konsep keluarga ideal, fungsi keluarga, tujuan dari pendidikan keluarga itu sendiri, kurikulum yang ada didalam keluarga, serta bagaimana proses dari pendidikan itu sendiri.

1.      Apa Pengertian dari Keluarga?
2.      Bagaimana Konsep dari Keluarga Ideal?
3.      Apa Fungsi dari Keluarga?
4.      Bagaimana Pendidikan dalam Keluarga dan Tujuannya?
5.      Bagaimana Materi (Kurikulum) Pendidikan dalam Keluarga?
6.      Apa Saja Proses Pendidikan dalam Keluarga?

1.      Mengetahui Pengertian dari Keluarga.
2.      Mengetahui Konsep dari Keluarga Ideal.
3.      Mengetahui Fungsi dari Keluarga.
4.      Mengetahui Pendidikan dalam Keluarga dan Tujuannya.
5.      Mengetahui Materi (Kurikulum) Pendidikan dalam Keluarga.
6.      Mengetahui Proses Pendidikan dalam Keluarga.


BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia modern, secara harfiah keluarga berarti sanak saudara, kaum kerabat, dan orang seisi rumah, yang memiliki hak dan kewajiban yang harus di kerjakan.

Konsep keluarga ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau perkawinan yang sah dan diakui. Yang hendaknya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, baik syarat dalam agama maupun hukum negara. Dengan begitu berdampak baik bagi semua pihak. Keluarga yang diterima baik oleh Allah SWT maupun oleh negara dan masyarakatnya tentu merasa tentram. Jika setiap anggotanya memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing, maka terwujudilah keluarga yang ideal.
Mengutip Nur Ahid (2010), Bg. M. Leter menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan dalam Islam adalah perjanjian. ‘Aqad atau kontrak, dan perjanjian hanya dapat dicapai antara dua pihak yang telah saling kenal dan saling tahu. Perjanjian yang telah diikat tidak pula mudah dapat dibatalkan. Oleh karena itu, sebelum mengadakan akad nikah, kedua calon suami-istri harus saling kenal dan saling mengetahui tabiat masing-masing.
Untuk itulah perlu diadakan pinangan ataupun masa pertunangan untuk saling memahami dan apabila ada kesesuaian maka pernikahan dapat dilanjutkan. Namun apabila pasangan merasa tidak memiliki kesesuaian dan tetap melangsungkan pernikahan, maka tidak akan membawa ke kehidupan yang bahagia atau bisa berujung pada perceraian. Dan tentunya dapat menimbulkan kebingungan antara tetap mempertahankan pernikahan dalam keadaan tidak bahagia, ataupun memutuskan pernikahan dan menggangu proses pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya (apabila telah punya).
Keluarga merupakan kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota yang memilki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Keluarga merupakan tempat pertama dimana anak-anak mulai belajar, Dari keluarga mereka mempelajari sifat keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat kriteria keluarga ideal, dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Diikat dalam perkawinan atau pernikahan.
2.      Pernikahan harus sah secara agama dan hukum negara.
3.      Memiliki kesesuaian antar pasangan.
4.      Komunikasi lancar dalam keluarga.
5.      Mengaharapkan memiliki keturunan yang merupakan tujuan dari pernikahan.
Sebuah keluarga tidak akan pernah menjadi keluarga ideal apabila tidak memenuhi persyaratan baik secara agama maupun hukum negara. Yang malah akan membawa pada tercerai-berai nya keluarga. Ciri-ciri keluarga yang tidak tentram dan bahagia adalah sebagai berikut:
1.      Tidak diikat oleh perkawinan atau pernikahan.
2.      Pernikahannya tidak sesuai dengan agama dan hukum pemerintah.
3.      Berbeda keyakinan atau tidak adanya kesesuaian antar pasangan.
4.      Pernikahan tidak direstui oleh kedua orangtua.
5.      Menikah karena dipaksa.



Orangtua khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga hendaknya menjalankan fungsi nya dengan baik, berdasarkan beberapa pendapat ahli berikut merupakan fungsi-fungsi keluarga yang seharusnya dilaksanakan agar tercipta keluarga yang bahagia, yaitu:
1.      Fungsi Agama.
Keluarga memiliki tugas untuk memberikan, mengajarkan, mempraktikan nilai-nilai agama serta membentuk pondasi dan identitas seorang anak.
2.      Fungsi Biologis
Fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidup nya tetap terjaga termasuk secara fisik. Adapun orangtua memiliki fungsi biologis berbeda, misal: seorang suami memiliki fungsi biologis berupa mencari nafkah, sedangkan seorang istri memiliki funsi biologis sebagai pendamping dan mengelola apa yang diamanahkan.
3.      Fungsi Kasih Sayang.
Keluarga memilki tugas untuk memberikan kasih-sayang untuk mencegah sikap anarkis yang mungkin bisa ditimbulkan seorang anak apabila kekurangan ras kasih sayang.
4.      Fungsi Perlindungan.
Keluarag memiliki tugas untuk memberikan rasa aman dan tentram bagi anak-anaknya.
5.      Fungsi Sosial Budaya.
Keluarga memiliki tugas untuk mengajarkan anak-anaknya nilai budaya seperti sopan santun dan tata karma.
6.      Fungsi Reproduksi.
Fungsi keluarga yang utama adalah memperoleh keturunan dari pernikahan yang sah.


7.      Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan.
Keluarga merupakan tempat memperoleh sosialisasi dan pendidikan paling pertama, karena adanya interaksi intensif antara orangtua dan anaknya.
8.      Fungsi Ekonomi.
Keluarga tempat pertama yang mengajarkan dan menumbuhkan jiwa hemat dan kewirausahaan pada seorang anak. Dan keluarga memiliki fungsi untuk mampu memenuhi kebutuhan secara finansial.
9.      Fungsi Pembinaan Lingkungan.
Keluarga mengajarkan kepada anaknya untuk bersosialisasi dan menanamkan jiwa cinta lingkungan, hemat penggunaan Sumber Daya Alam dan makanan.
10.  Fungsi Rekreasi.
Merupakan salah satu fungsi keluarga sebagai tempat berlibur, menghabiskan waktu bersama, melepas penat, dan memperertat hubungan keluarga agar lebih dekat lagi.

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, Didalam lingkungan keluarga anak pertama-tama mendapatkan berbagai pengaruh (nilai). Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal. Oleh karena itu keluarga mempunyai peran yang sangat dominan untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan lingkungan pendididikan pertama yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak. Didalam keluarga anak pertama kali dikenalkan pada nilai dan norma. Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama dan kepercayaaan, nilai nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan anak.


Tujuan pendidikan dalam keluarga
Ø  Memelihara keluarga dari api neraka
Maksudnya adalah orangtua khususnya ayah sebagai seorang pemimpin keluarga wajib mengajarkan kepada anak dan istrinya perintah dan larangan menurut agama nya masing masing agar kelak saat sudah tutup usia mereka dijauhkan dari siksa api neraka.
Ø  Membentuk akhlak mulia
Pendidikan dalam keluarga tentunya menerapkan nilai nilai atau keyakinan seperti berbuat baik kepada orangtua, beribadah kepada Allah, tidak sombong, sederhana, menghormati kepada yang lebih tua.
Ø  Membentuk anak agar kuat secara individu, sosial, dan profesional.
Kuat secara individu ditandai dengan tumbuhnya kopetensi yang berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kuat secara sosial berarti individu terbentuk untuk mampu berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kuat secara profesional bertujuan agar individu Mampu hidup mandiri dengan menggunakan keahlian nya dalam memenuhi kebutuhan.

2.5 Materi (Kurikulum) Pendidikan dalam Keluarga

Asas atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas psikologi, dan asas sosial. Pendidikan yang berdasarkan pada agama akan membantu anak untuk memiliki iman yang kuat kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga anak akan mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang produktif.
Materi yang berdasarkan falsafah mengandung arti materi pendidikan yang bermuatan nilai-nilai natural, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai perubahan dan nilai-nilai kemanfaatan.
        Materi yang berdasarkan psikologi berarti pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat dan perbedaan anak itu sendiri.
        Materi yang berasas sosial mengandung makna materi pendidikan berisikan pengetahuan (sains), kepercayaan, nilai-nilai ideal, keterampilan, cara berfikir, cara hidup, adat kebiasaan.
        Selanjutnya materi pendidikan dalam keluarga dapat dilihat dari konsep beberapa tokoh pendidikan Islam yang dalam aplikasinya disesuaikan dengan pemikiran dan penguasaan ilmu para tokoh tersebut sehingga memengaruhi terhadap konsep materi pendidikannya. Konsep materi yang akan diuraikan diantaranya adalah konsep pendidikan dari pemikiran Ibnu Sina dan Al-Syaibany.
1.         Konsep Kurikulum Ibnu Sina.
Konsep pemikiran Ibnu Sina rupanya mempengaruhi konsep pendidikan yang di kembangkan oleh ilmuan pada zaman setelahnya, yaitu Al-Syaibany. Menurut Al-Syaibany, diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah:
a.       Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.
b.      Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, mengembangkan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajaran dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
c.       Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni.
d.      Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungan yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoretis, baik yang bersifat aqli maupun naqli.
e.       Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antara siswa.
Materi yang dijabarkan dalam kurikulum oleh ibnu Sina didasarkan pada tingkat perkembangan usia.
a.       Anak usia 3 - 5 tahun diberikan Pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
b.      Anak usia 6 - 14 tahun diberikan materi pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran syair, dan pelajaran olahraga.
c.       Untuk usia 14 dan seterusnya, pelajaran yang diberikan cukup banyak, karenanya perlu ada pertimbangan kesiapan anak didik. Untuk itu Ibnu Sina menganjurkan agar anak memilih jenis pelajaran yang sesuai dengan minat dan keahliannya agar dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya.
Dari sejumlah mata pelajaran yang demikian banyak itu lalu dikelompokkan dalam golongan yang bersifat teoretis dan praktis.
a.       Ilmu yang bersifat teoretis, diantaranya ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi, kimia, masuk dalam rumpun ilmu-ilmu fisika, sedangkan ilmu tentang ruang, bayang dan gerak, memikul beban, timbangan, pandangan dan cermin, sedangkan ilmu memindahkan air masuk dalam rumpun ilmu matematika. Yang termasuk dalam rumpun ilmu ketuhanan diantaranya ilmu tentang tata cara turunnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, mukjizat, berita gaib, ilham, dan ilmu tentang kekekalan roh setelah berpisah dengan badan.
b.      Sementara itu ilmu yang tergolong dalam ilmu praktis atau terapan diantaranya adalah ilmu akhlak, ke rumahtanggaan, tata hubungan suami istri, anak-anak, tata kelola keuangan rumah tangga, politik, tata hubungan rakyat dengan pemerintah, tata hubungan antar kota, dan lain sebagainya.

2.         Konsep Kurikulum Al-Syaibany.
Al-Syaibany membagi kurikulum pendidikan Islam dalam tahapan-tahapan. Kurikulum tahap pertama atau tahap rendah, kurikulum tahap menengah pertama, kurikulum tahap menengah atas, dan kurikulum tahap perguruan tinggi. Tahap kurikulum itu disederhanakan lagi kembali menjadi dua tahapan utama yaitu: kurikulum tahap pertama (permulaan) dan kurikulum tahap tinggi (akhir).
a.      Kurikulum Tahap Pertama.
Kurikulum pada tahap ini bersifat umum, berpadu dan merata bagi semua yang mengikuti pelajarannya. Dengan tujuan mendidik jiwa dan akhlak pelajar, memperbaiki bahasanya, mengasah ingatan, menguatkan pribadinya, dan membiasakan nya berpikir dan menggunakan akal dengan baik. Termasuk materi didalamnya yaitu Al-Qur’an berupa hafalan, bacaan, prinsip-prinsip agama dan akhlak, membaca, menulis, menghitung, bahasa, menghafal syair dan nasihat, sejarah, serta berlatih fisik (olahraga).
b.      Kurikulum Tahap Akhir.
Kurikulum tahap akhir ini merupakan lanjutan spesialisasi dari tahap pertama atau tahap permulaan. Pada tahap perguruan tinggi ilmu-ilmu dasar dari tahap pertama dijuruskan dan lebih diperdalam sesuai dengan minat dan bakat seorang anak.
Berdasarkan uraian materi pendidikan dari pakar pendidikan Islam diatas, dapat dirumuskan bahwa materi pendidikan diberikan sesuai dengan usia, bakat atau potensi, dan keawajiban anak didik. Dengan begitu materi pendidikan yang harus diajarkan keluarga kepada anaknya yaitu:
1.      Pelajaran keimanan (Tauhid).
2.      Pelajaran ibadah (Shalat).
3.      Pelajaran akhlak (Kesopanan).
4.      Pelajaran jasmani (Olahraga, kesehatan, dan kebersihan).
5.      Pelajaran membaca, menulis, dan menghitung.
6.      Pelajaran Bahasa.
7.      Pelajaran kesenian (Seni suara).
8.      Pelajaran hafalan Qur’an.
9.      Pelajaran agama Islam lainnya (tafsir, fikih, dan bahasa Arab).
10.  Ilmu fisika yang mempelajari tentang bentuk, gerak, perubahan, wujud dan kehancuran, flora, fauna, kedokteran, astrologi, dan kimia.
11.  Ilmu matematika yang mempelajari tentang ruang ruang, baying dan gerak, timbangan dan sebagainya.
12.  Ilmu ketuhanan mempelajari tentang cara turunnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, berita gaib, ilham, dan sebagainya.
13.  Ilmu praktis atau terapan diantarannya ilmu akhlak, tata kelola keuangan dan sebagainya.
Dimana untuk materi ilmu fisika, matematika, ketuhanan, dan praktis dapat dibantu oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Proses pendidikan dalam keluarga dipengaruhi oleh berbagai unsur, diantaranya:  pendidik, anak didik, tujuan, materi, metode, media, lingkungan, dan finansial. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, metode memudahkan anak untuk memahami materi yang telah diajarkan.
1.      Prinsip-prinsip dalam proses pendidikan
a.       Prinsip menyeluruh
Pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh baik terhadap unsur jasmani, rohani, maupun akalnya. Kemaslahatan untuk individu maupun sosialnya, terhadap pencapaian tujuan dunia dan akhiratnya.

b.      Prinsip  keseimbangan dan kesederhanaan
Menciptakan keseimbangan pada pemenuhan berbagai Kebutuhan individu dan sosial nya antara tuntutan aspek yang satu dengan aspek yang lainnya sesuai kebutuhan dan kemaslahatannya.
c.       Prinsip kejelasan
Pendidikan harus mudah dipahami dan tidak di multitafsir. Dan harus jelas ajaran-ajaran beserta hukum-hukumnya.
d.      Prinsip  tak ada pertentangan
Selama konsep pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ideologi yang diyakini, tidak akan ada pertentangan dalam percapaian tujuan pendidikan
e.       Prinsip realitis dan dapat dilaksanakan
Pendidikan yang baik adalah yang sesuai dengan usia, tahap kematangan jasmani, akal, bakat, minat, emosi, spiritual, juga sosialnya. Tidak juga pendidikan hanya sekedar retorika yang melambung tinggi tetapi tidak dapat dilaksanakan dalam tataran praktis dan tidak pula bermanfaat.
f.       Prinsip perubahan yang diinginkan
Dalam pendidikan bukan mengedepankan hasil akhirnya, tetapi ada pada prosesnya. Esensi pendidikan adalah membantu anak agar berubah. Agar terbentuknya menjadi pribadi yang lebih baik untuk keluarga dan lingkungan masyarakat.
g.      Prinsip menjaga perbedaan perbedaan perseorangan
Perbedaan yang dimiliki setiap manusia adalah sunatullah.  Maka dari itu, orang tua hendaknya tidak boleh menyamakan atau membanding-bandingkan kemampuan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya karena setiap anak memiliki keunggulan dan kelemahan yang juga berbeda.



h.       Prinsip dinamis
Pendidikan yang baik adalah yang merespon terhadap kebutuhan perubahan manusia itu sendiri dan perubahan zaman. Maka pendidikan tidaklah statis, melainkan dinamis
Metode pendidikan yang digunakan dalam pendidikan dikeluarga hendaknya bervariasi sesuai dengan potensi anak dan banyak memotivasi. Dalam proses pendidikan perlu menghadapi dua potensi yang terdapat dalam diri anak ini dengan dua jalan. Pertama, proses mendidik anak dengan bersifat positif, yang bertujuan untuk menanamkan akhlak mulia. Yang kedua mendidik yang bersifat penjagaan artinya menghindarkan anak dari segala macam keburukan baik, individual ataupun sosial dan menjaga masyarakat dari bahaya perpecahan.
2.      Metode dalam proses pendidikan di keluarga.
a.      Metode keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh bagi anak. Anak dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga saja tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ajaran yang diberikan harus mencerahkan, tidak dogmatik, tidak untuk kepentingan sendiri, tidak menghina, tetapi lembut, cermat, dan hal semacam ini akan menarik perhatian anak didik.
b.      Metode pembiasaan
Dalam ilmu psikologi kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus minimal selama enam bulan menandakan kebiasaan itu telah menjadi bagian dari karakter atau perilaku tetap anak. Maka segala kebiasaan mulai dari ucapan, tindakan atau tingkah laku orang tua selalu akan ditirunya dan menjadi kebiasaan mereka pula.



c.       Metode pembinaan
Pembinaan merupakan arahan atau bimbingan yang intensif terhadap jiwa anak sehingga akan tumbuh pemahaman yang mendalam dan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan bimbingan yang diberikan.
1)      Pembinaan aqidah
2)      Pembinaan ibadah
3)      Pembinaan akhlak
4)      Pembinaan mental bermasyarakat (sosial)
5)      Pembinaan perasaan dan kejiwaan
6)      Pembinaan kesehatan dan jasmani
7)      Pembinaan intelektual
8)      Pembinaan etika seksual
d.      Metode kisah
Metode kisah atau cerita mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal. Kisah tentang sejarah atau kejadian masa lalu dapat diambil hikmahnya.
e.       Metode dialog
Dialog merupakan proses komunikasi dan interaksi Yang hendaknya tetap dipertahankan dalam sebuah keluarga. Jika komunikasi yang kurang akibat pekerjaan yang menyita Waktu mereka terkadang tidak menyadari bakat dan minat yang terdapat dalam diri anak anaknya.
f.       Metode ganjaran dan hukuman
Artinya, apa yang diperbuat oleh manusia akan ada akibatnya jika perbuatannya itu baik tentu ia akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula sebaliknya, jika ia melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan teman. Manusia akan senang jika dihargai atau diberi hadiah. Sebaliknya, tidak semua orang suka diberi hukuman meskipun ia melakukan kesalahan.



g.      Metode internalisasi
Metode internalisasi memberikan saran tentang cara mendidik anak agar beragama. Alasannya adalah karena Salah satu syarat untuk menjadi manusia, orang harus taat beragama (beriman).



untuk versi file wordnya bisa download link dibawah ini


No comments:

Post a Comment