BAB
1
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui keluarga
merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari pemimpin (kepala keluarga) dan
anggota nya yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Didalam
keluarga juga memiliki pendidikan nya sendiri dengan memperhatikan konsep
keluarga ideal, fungsi keluarga, tujuan dari pendidikan keluarga itu sendiri,
kurikulum yang ada didalam keluarga, serta bagaimana proses dari pendidikan itu
sendiri.
1. Apa Pengertian dari Keluarga?
2. Bagaimana Konsep dari Keluarga Ideal?
3. Apa Fungsi dari Keluarga?
4. Bagaimana Pendidikan dalam Keluarga dan
Tujuannya?
5. Bagaimana Materi (Kurikulum) Pendidikan dalam
Keluarga?
6. Apa Saja Proses Pendidikan dalam Keluarga?
1. Mengetahui Pengertian dari Keluarga.
2. Mengetahui Konsep dari Keluarga Ideal.
3. Mengetahui Fungsi dari Keluarga.
4. Mengetahui Pendidikan dalam Keluarga dan
Tujuannya.
5. Mengetahui Materi (Kurikulum) Pendidikan
dalam Keluarga.
6. Mengetahui Proses Pendidikan dalam Keluarga.
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam kamus lengkap
Bahasa Indonesia modern, secara harfiah keluarga berarti sanak saudara, kaum
kerabat, dan orang seisi rumah, yang memiliki hak dan kewajiban yang harus di
kerjakan.
Konsep keluarga
ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau perkawinan yang sah dan diakui.
Yang hendaknya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, baik syarat dalam
agama maupun hukum negara. Dengan begitu berdampak baik bagi semua pihak.
Keluarga yang diterima baik oleh Allah SWT maupun oleh negara dan masyarakatnya
tentu merasa tentram. Jika setiap anggotanya memenuhi hak dan kewajibannya
masing-masing, maka terwujudilah keluarga yang ideal.
Mengutip Nur Ahid
(2010), Bg. M. Leter menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Perkawinan dalam Islam adalah perjanjian. ‘Aqad atau kontrak, dan perjanjian hanya dapat dicapai antara dua
pihak yang telah saling kenal dan saling tahu. Perjanjian yang telah diikat
tidak pula mudah dapat dibatalkan. Oleh karena itu, sebelum mengadakan akad
nikah, kedua calon suami-istri harus saling kenal dan saling mengetahui tabiat
masing-masing.
Untuk itulah perlu
diadakan pinangan ataupun masa pertunangan untuk saling memahami dan apabila
ada kesesuaian maka pernikahan dapat dilanjutkan. Namun apabila pasangan merasa
tidak memiliki kesesuaian dan tetap melangsungkan pernikahan, maka tidak akan
membawa ke kehidupan yang bahagia atau bisa berujung pada perceraian. Dan
tentunya dapat menimbulkan kebingungan antara tetap mempertahankan pernikahan
dalam keadaan tidak bahagia, ataupun memutuskan pernikahan dan menggangu proses
pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya (apabila telah punya).
Keluarga merupakan
kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota yang memilki hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan. Keluarga merupakan tempat pertama dimana
anak-anak mulai belajar, Dari keluarga mereka mempelajari sifat keyakinan,
sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup.
Berdasarkan uraian
diatas, dapat dibuat kriteria keluarga ideal, dengan memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1.
Diikat dalam perkawinan atau pernikahan.
2.
Pernikahan harus sah secara agama dan hukum negara.
3.
Memiliki kesesuaian antar pasangan.
4.
Komunikasi lancar dalam keluarga.
5.
Mengaharapkan memiliki keturunan yang merupakan tujuan
dari pernikahan.
Sebuah
keluarga tidak akan pernah menjadi keluarga ideal apabila tidak memenuhi
persyaratan baik secara agama maupun hukum negara. Yang malah akan membawa pada
tercerai-berai nya keluarga. Ciri-ciri keluarga yang tidak tentram dan bahagia
adalah sebagai berikut:
1.
Tidak diikat oleh perkawinan atau pernikahan.
2.
Pernikahannya tidak sesuai dengan agama dan hukum
pemerintah.
3.
Berbeda keyakinan atau tidak adanya kesesuaian antar
pasangan.
4.
Pernikahan tidak direstui oleh kedua orangtua.
5.
Menikah karena dipaksa.
Orangtua
khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga hendaknya menjalankan fungsi nya
dengan baik, berdasarkan beberapa pendapat ahli berikut merupakan fungsi-fungsi
keluarga yang seharusnya dilaksanakan agar tercipta keluarga yang bahagia,
yaitu:
1. Fungsi Agama.
Keluarga memiliki tugas untuk memberikan,
mengajarkan, mempraktikan nilai-nilai agama serta membentuk pondasi dan
identitas seorang anak.
2. Fungsi Biologis
Fungsi pemenuhan kebutuhan agar
keberlangsungan hidup nya tetap terjaga termasuk secara fisik. Adapun orangtua
memiliki fungsi biologis berbeda, misal: seorang suami memiliki fungsi biologis
berupa mencari nafkah, sedangkan seorang istri memiliki funsi biologis sebagai
pendamping dan mengelola apa yang diamanahkan.
3. Fungsi Kasih Sayang.
Keluarga memilki tugas untuk memberikan
kasih-sayang untuk mencegah sikap anarkis yang mungkin bisa ditimbulkan seorang
anak apabila kekurangan ras kasih sayang.
4. Fungsi Perlindungan.
Keluarag memiliki tugas untuk memberikan rasa
aman dan tentram bagi anak-anaknya.
5. Fungsi Sosial Budaya.
Keluarga memiliki tugas untuk mengajarkan
anak-anaknya nilai budaya seperti sopan santun dan tata karma.
6. Fungsi Reproduksi.
Fungsi keluarga yang utama adalah memperoleh
keturunan dari pernikahan yang sah.
7. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan.
Keluarga merupakan tempat memperoleh
sosialisasi dan pendidikan paling pertama, karena adanya interaksi intensif
antara orangtua dan anaknya.
8. Fungsi Ekonomi.
Keluarga tempat pertama yang mengajarkan dan
menumbuhkan jiwa hemat dan kewirausahaan pada seorang anak. Dan keluarga
memiliki fungsi untuk mampu memenuhi kebutuhan secara finansial.
9. Fungsi Pembinaan Lingkungan.
Keluarga mengajarkan kepada anaknya untuk
bersosialisasi dan menanamkan jiwa cinta lingkungan, hemat penggunaan Sumber
Daya Alam dan makanan.
10. Fungsi Rekreasi.
Merupakan salah satu fungsi keluarga sebagai
tempat berlibur, menghabiskan waktu bersama, melepas penat, dan memperertat
hubungan keluarga agar lebih dekat lagi.
Keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi anak, Didalam lingkungan keluarga anak
pertama-tama mendapatkan berbagai pengaruh (nilai). Keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang bersifat informal. Oleh karena itu keluarga mempunyai peran
yang sangat dominan untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat dan memiliki
penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan lingkungan pendididikan
pertama yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak. Didalam
keluarga anak pertama kali dikenalkan pada nilai dan norma. Pendidikan keluarga
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama dan kepercayaaan, nilai
nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan anak.
Tujuan pendidikan dalam keluarga
Ø Memelihara keluarga dari api neraka
Maksudnya adalah orangtua khususnya ayah sebagai seorang pemimpin
keluarga wajib mengajarkan kepada anak dan istrinya perintah dan larangan
menurut agama nya masing masing agar kelak saat sudah tutup usia mereka
dijauhkan dari siksa api neraka.
Ø Membentuk akhlak mulia
Pendidikan dalam keluarga tentunya menerapkan nilai nilai atau keyakinan
seperti berbuat baik kepada orangtua, beribadah kepada Allah, tidak sombong,
sederhana, menghormati kepada yang lebih tua.
Ø Membentuk anak agar kuat secara individu,
sosial, dan profesional.
Kuat
secara individu ditandai dengan tumbuhnya kopetensi yang berhubungan dengan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kuat secara sosial berarti individu
terbentuk untuk mampu berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kuat secara
profesional bertujuan agar individu Mampu hidup mandiri dengan menggunakan
keahlian nya dalam memenuhi kebutuhan.
2.5 Materi (Kurikulum) Pendidikan dalam
Keluarga
Asas
atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya
berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas psikologi, dan asas sosial.
Pendidikan yang berdasarkan pada agama akan membantu anak untuk memiliki iman
yang kuat kepada Tuhan yang Maha Esa sehingga anak akan mampu membedakan mana
yang baik dan buruk serta mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Pendidikan agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang
produktif.
Materi
yang berdasarkan falsafah mengandung arti materi pendidikan yang bermuatan
nilai-nilai natural, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai perubahan dan
nilai-nilai kemanfaatan.
Materi yang berdasarkan
psikologi berarti pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat dan perbedaan anak itu sendiri.
Materi yang berasas sosial
mengandung makna materi pendidikan berisikan pengetahuan (sains), kepercayaan,
nilai-nilai ideal, keterampilan, cara berfikir, cara hidup, adat kebiasaan.
Selanjutnya materi
pendidikan dalam keluarga dapat dilihat dari konsep beberapa tokoh pendidikan
Islam yang dalam aplikasinya disesuaikan dengan pemikiran dan penguasaan ilmu
para tokoh tersebut sehingga memengaruhi terhadap konsep materi pendidikannya.
Konsep materi yang akan diuraikan diantaranya adalah konsep pendidikan dari
pemikiran Ibnu Sina dan Al-Syaibany.
1.
Konsep Kurikulum Ibnu Sina.
Konsep
pemikiran Ibnu Sina rupanya mempengaruhi konsep pendidikan yang di kembangkan
oleh ilmuan pada zaman setelahnya, yaitu Al-Syaibany. Menurut Al-Syaibany,
diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah:
a.
Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal
seperti tujuan dan kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.
b.
Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup
perhatian, mengembangkan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi
pelajaran dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
c.
Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum
tentang ilmu dan seni.
d.
Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada
kandungan yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoretis, baik yang bersifat
aqli maupun naqli.
e.
Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan
minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antara siswa.
Materi
yang dijabarkan dalam kurikulum oleh ibnu Sina didasarkan pada tingkat
perkembangan usia.
a.
Anak usia 3 - 5 tahun diberikan Pelajaran olahraga, budi
pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
b.
Anak usia 6 - 14 tahun diberikan materi pelajaran membaca
dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran syair, dan pelajaran
olahraga.
c.
Untuk usia 14 dan seterusnya, pelajaran yang diberikan
cukup banyak, karenanya perlu ada pertimbangan kesiapan anak didik. Untuk itu
Ibnu Sina menganjurkan agar anak memilih jenis pelajaran yang sesuai dengan
minat dan keahliannya agar dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya.
Dari
sejumlah mata pelajaran yang demikian banyak itu lalu dikelompokkan dalam
golongan yang bersifat teoretis dan praktis.
a.
Ilmu yang bersifat teoretis, diantaranya ilmu tentang
materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan,
hewan, kedokteran, astrologi, kimia, masuk dalam rumpun ilmu-ilmu fisika,
sedangkan ilmu tentang ruang, bayang dan gerak, memikul beban, timbangan,
pandangan dan cermin, sedangkan ilmu memindahkan air masuk dalam rumpun ilmu
matematika. Yang termasuk dalam rumpun ilmu ketuhanan diantaranya ilmu tentang
tata cara turunnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, mukjizat, berita gaib,
ilham, dan ilmu tentang kekekalan roh setelah berpisah dengan badan.
b. Sementara itu ilmu yang tergolong dalam ilmu
praktis atau terapan diantaranya adalah ilmu akhlak, ke rumahtanggaan, tata
hubungan suami istri, anak-anak, tata kelola keuangan rumah tangga, politik,
tata hubungan rakyat dengan pemerintah, tata hubungan antar kota, dan lain
sebagainya.
2.
Konsep Kurikulum Al-Syaibany.
Al-Syaibany membagi kurikulum pendidikan
Islam dalam tahapan-tahapan. Kurikulum tahap pertama atau tahap rendah,
kurikulum tahap menengah pertama, kurikulum tahap menengah atas, dan kurikulum
tahap perguruan tinggi. Tahap kurikulum itu disederhanakan lagi kembali menjadi
dua tahapan utama yaitu: kurikulum tahap pertama (permulaan) dan kurikulum
tahap tinggi (akhir).
a. Kurikulum Tahap Pertama.
Kurikulum pada tahap ini bersifat umum,
berpadu dan merata bagi semua yang mengikuti pelajarannya. Dengan tujuan
mendidik jiwa dan akhlak pelajar, memperbaiki bahasanya, mengasah ingatan,
menguatkan pribadinya, dan membiasakan nya berpikir dan menggunakan akal dengan
baik. Termasuk materi didalamnya yaitu Al-Qur’an berupa hafalan, bacaan,
prinsip-prinsip agama dan akhlak, membaca, menulis, menghitung, bahasa,
menghafal syair dan nasihat, sejarah, serta berlatih fisik (olahraga).
b. Kurikulum Tahap Akhir.
Kurikulum tahap akhir ini merupakan lanjutan
spesialisasi dari tahap pertama atau tahap permulaan. Pada tahap perguruan
tinggi ilmu-ilmu dasar dari tahap pertama dijuruskan dan lebih diperdalam
sesuai dengan minat dan bakat seorang anak.
Berdasarkan uraian materi pendidikan dari pakar pendidikan Islam diatas,
dapat dirumuskan bahwa materi pendidikan diberikan sesuai dengan usia, bakat
atau potensi, dan keawajiban anak didik. Dengan begitu materi pendidikan yang
harus diajarkan keluarga kepada anaknya yaitu:
1.
Pelajaran keimanan (Tauhid).
2.
Pelajaran ibadah (Shalat).
3.
Pelajaran akhlak (Kesopanan).
4.
Pelajaran jasmani (Olahraga, kesehatan, dan kebersihan).
5.
Pelajaran membaca, menulis, dan menghitung.
6.
Pelajaran Bahasa.
7.
Pelajaran kesenian (Seni suara).
8.
Pelajaran hafalan Qur’an.
9.
Pelajaran agama Islam lainnya (tafsir, fikih, dan bahasa
Arab).
10. Ilmu fisika yang mempelajari tentang bentuk,
gerak, perubahan, wujud dan kehancuran, flora, fauna, kedokteran, astrologi,
dan kimia.
11. Ilmu matematika yang mempelajari tentang
ruang ruang, baying dan gerak, timbangan dan sebagainya.
12. Ilmu ketuhanan mempelajari tentang cara
turunnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, berita gaib, ilham, dan sebagainya.
13. Ilmu praktis atau terapan diantarannya ilmu
akhlak, tata kelola keuangan dan sebagainya.
Dimana
untuk materi ilmu fisika, matematika, ketuhanan, dan praktis dapat dibantu oleh
lembaga-lembaga pendidikan.
Proses pendidikan dalam keluarga dipengaruhi
oleh berbagai unsur, diantaranya:
pendidik, anak didik, tujuan, materi, metode, media, lingkungan, dan
finansial. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting,
metode memudahkan anak untuk memahami materi yang telah diajarkan.
1. Prinsip-prinsip dalam proses pendidikan
a. Prinsip menyeluruh
Pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh
baik terhadap unsur jasmani, rohani, maupun akalnya. Kemaslahatan untuk
individu maupun sosialnya, terhadap pencapaian tujuan dunia dan akhiratnya.
b. Prinsip keseimbangan
dan kesederhanaan
Menciptakan keseimbangan pada pemenuhan
berbagai Kebutuhan individu dan sosial nya antara tuntutan aspek yang satu
dengan aspek yang lainnya sesuai kebutuhan dan kemaslahatannya.
c. Prinsip kejelasan
Pendidikan harus mudah dipahami dan tidak di
multitafsir. Dan harus jelas ajaran-ajaran beserta hukum-hukumnya.
d. Prinsip tak ada
pertentangan
Selama konsep pendidikan dirancang dan
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ideologi yang diyakini, tidak akan ada
pertentangan dalam percapaian tujuan pendidikan
e. Prinsip realitis dan dapat dilaksanakan
Pendidikan yang baik adalah yang sesuai
dengan usia, tahap kematangan jasmani, akal, bakat, minat, emosi, spiritual,
juga sosialnya. Tidak juga pendidikan hanya sekedar retorika yang melambung
tinggi tetapi tidak dapat dilaksanakan dalam tataran praktis dan tidak pula
bermanfaat.
f. Prinsip perubahan yang diinginkan
Dalam pendidikan bukan mengedepankan hasil
akhirnya, tetapi ada pada prosesnya. Esensi pendidikan adalah membantu anak
agar berubah. Agar terbentuknya menjadi pribadi yang lebih baik untuk keluarga
dan lingkungan masyarakat.
g. Prinsip menjaga perbedaan perbedaan perseorangan
Perbedaan yang dimiliki setiap manusia adalah
sunatullah. Maka dari itu, orang tua hendaknya
tidak boleh menyamakan atau membanding-bandingkan kemampuan antara anak yang
satu dengan anak yang lainnya karena setiap anak memiliki keunggulan dan
kelemahan yang juga berbeda.
h. Prinsip dinamis
Pendidikan yang baik adalah yang merespon terhadap
kebutuhan perubahan manusia itu sendiri dan perubahan zaman. Maka pendidikan
tidaklah statis, melainkan dinamis
Metode
pendidikan yang digunakan dalam pendidikan dikeluarga hendaknya bervariasi
sesuai dengan potensi anak dan banyak memotivasi. Dalam proses pendidikan perlu
menghadapi dua potensi yang terdapat dalam diri anak ini dengan dua jalan.
Pertama, proses mendidik anak dengan bersifat positif, yang bertujuan untuk
menanamkan akhlak mulia. Yang kedua mendidik yang bersifat penjagaan artinya
menghindarkan anak dari segala macam keburukan baik, individual ataupun sosial
dan menjaga masyarakat dari bahaya perpecahan.
2. Metode dalam proses pendidikan di keluarga.
a. Metode keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode
yang paling berpengaruh bagi anak. Anak dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga
saja tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Ajaran yang diberikan harus mencerahkan, tidak dogmatik, tidak untuk
kepentingan sendiri, tidak menghina, tetapi lembut, cermat, dan hal semacam ini
akan menarik perhatian anak didik.
b. Metode pembiasaan
Dalam ilmu psikologi kebiasaan yang dilakukan secara
terus menerus minimal selama enam bulan menandakan kebiasaan itu telah menjadi
bagian dari karakter atau perilaku tetap anak. Maka segala kebiasaan mulai dari
ucapan, tindakan atau tingkah laku orang tua selalu akan ditirunya dan menjadi
kebiasaan mereka pula.
c. Metode pembinaan
Pembinaan merupakan arahan atau bimbingan
yang intensif terhadap jiwa anak sehingga akan tumbuh pemahaman yang mendalam
dan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan bimbingan yang diberikan.
1)
Pembinaan aqidah
2)
Pembinaan ibadah
3)
Pembinaan akhlak
4)
Pembinaan mental bermasyarakat (sosial)
5)
Pembinaan perasaan dan kejiwaan
6)
Pembinaan kesehatan dan jasmani
7)
Pembinaan intelektual
8)
Pembinaan etika seksual
d. Metode kisah
Metode kisah atau cerita mempunyai pengaruh
tersendiri bagi jiwa dan akal. Kisah tentang sejarah atau kejadian masa lalu
dapat diambil hikmahnya.
e. Metode dialog
Dialog merupakan proses komunikasi dan
interaksi Yang hendaknya tetap dipertahankan dalam sebuah keluarga. Jika
komunikasi yang kurang akibat pekerjaan yang menyita Waktu mereka terkadang
tidak menyadari bakat dan minat yang terdapat dalam diri anak anaknya.
f. Metode ganjaran dan hukuman
Artinya, apa yang diperbuat oleh manusia akan ada
akibatnya jika perbuatannya itu baik tentu ia akan mendapatkan ganjaran. Begitu
pula sebaliknya, jika ia melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan teman.
Manusia akan senang jika dihargai atau diberi hadiah. Sebaliknya, tidak semua
orang suka diberi hukuman meskipun ia melakukan kesalahan.
g. Metode internalisasi
Metode internalisasi memberikan saran tentang cara
mendidik anak agar beragama. Alasannya adalah karena Salah satu syarat untuk
menjadi manusia, orang harus taat beragama (beriman).
untuk versi file wordnya bisa download link dibawah ini
No comments:
Post a Comment